Mafia II akhirnya muncul juga dan kali ini kamu akan kembali
dibawa ke dalam petualangan di kota Italia yang sekali lagi, akan
melibatkan kelompok mafia (sesuai dengan judul gamenya sendiri).
Seperti biasa, kamu akan bertualang dengan permainan ala Grand Theft Auto,
lengkap dengan kendaraan yang bisa kamu dapatkan di mana saja,
senjata-senjata yang juga cukup beragam (sesuai dengan zamannya) dan
tidak lupa pula jalan cerita yang cukup menarik. Sekarang pertanyaannya
adalah, apakah Mafia II ini memuaskan seperti halnya pendahulunya? Mari kita bahas dengan review di bawah ini.
Dalam Mafia II, kamu akan berperan sebagai seorang pria
bernama Vito Scaletta, seorang pemuda asal Italia yang baru saja
kembali dari Perang Dunia II. Sekembalinya dari perang tersebut, ia
mengetahui kenyataan bahwa ternyata ibu dan adik perempuannya, sedang
terlibat masalah peminjaman uang dengan seorang rentenir. Vito yang
menemukan kenyataan tersebut pun mulai mencoba segala cara dan akhirnya
memutuskan bahwa kehidupan yang "tidak makmur" tersebut tidaklah cocok
bagi dirinya. Setelahnya, Vito mulai mengerjakan semua pekerjaan kotor
untuk mendapatkan uang dan membiayai hidupnya dengan kehidupan yang
glamor, mulai dari menghabisi seseorang, mencuri mobil dan masih banyak
lagi yang lainnya.
Nah, semua even dalam game ini berlangsung di dalam Empire Bay, sebuah
kota yang didesain sedemikian rupa sehingga mirip dengan kota New York,
lengkap dengan penduduk, polisi, kendaraan serta majalah Playboy yang
bisa kamu temukan bergeletakan dimana saja. Pertama kali kamu memainkan
game ini, kami yakin kamu akan merasakan atmosfer sebuah permainan open-world
yang telah menunggu kamu, dengan misi dan tugas yang harus kamu
jalankan. Kamu juga bisa menemukan banyak sekali hal-hal yang pastinya
akan membuat kamu berpikir bahwa game ini PASTI adalah sebuah game open-world.
Ada toko baju, ada toko senjata, ada restoran dan masih banyak lagi
yang lainnya. Apabila kamu bermasalah dengan polisi, kamu bisa memilih
untuk membayar denda kepada polisi kalau memang kesalahan kamu hanya
kesalahan kecil (seperti ngebut dan semacamnya). Apabila kesalahannya
sudah berhubungan dengan pembunuhan, kamu bisa berganti pakaian untuk
mengelabui polisi. Bagaimana dengan kendaraan? Yang perlu kamu lakukan
hanyalah pergi ke sebuah bengkel dan minta sang montir untuk merubah
plat nomor. Kenapa ganti plat nomor ataupun ganti baju? Karena kali
ini, polisi akan lebih dari sekedar mengejar kamu saja, tapi kali ini
mereka juga akan mengingat wajah (mungkin lebih tepatnya penampilan)
serta mengingat nomor polisi kendaraan kamu. Kalau ingin selamat, maka
kamu harus menyelesaikan beberapa tugas di atas.
Tapi ternyata itu semua hanyalah kamuflase saja. Kenapa kami katakan
kamuflase? Karena sebenarnya dalam permainan ini, kamu selalu dituntun
oleh jalan cerita yang ada. Kamu tidak akan pernah benar-benar
mendapatkan kesempatan untuk benar-benar menjelajahi Empire Bay ini
secara leluasa. Walau memang kadang kamu bisa melakukan penjelajahan
kecil, tapi itu semua hanya bersifat sementara. Setelah selesai, yang
kamu ketahui hanyalah bahwa ternyata game yang telah kamu mainkan
selama beberapa jam ini sudah tamat.
Apakah ini lantas membuat game tersebut menjadi tidak enak untuk
dimainkan? Kenyataannya tidak, walau sebenarnya mungkin ada baiknya
apabila game ini juga mendapatkan kebebasan untuk berkelana seperti
halnya Grand Theft Auto yang penuh dengan kebebasan itu.
Sebagai sebuah game yang tampaknya benar-benar berorientasi pada misi,
game ini merupakan game yang bagus. Tapi sayangnya, justru karena hal
tersebut, game ini pun berubah menjadi terkesan seperti sebuah wadah
untuk menampung sebuah kota yang tampaknya tidak realistis. Memang
benar ada banyak orang yang lalu lalang dalam game ini, tapi mereka
semua tampak kaku dan itu membuat game ini terkesan kosong. Sangat
disayangkan.
Minimum Requirements
CPU:
Pentium D 3GHz or AMD Athlon 64 X2 3600+ (Dual core) or higher
RAM:
1.5 GB
OS:
Microsoft Windows XP (SP2 or later) / Windows Vista / Windows 7
Video Card:
NVIDIA GeForce 8600 / ATI Radeon HD 2600 Pro or better
Sound Card:
Yes
Free Disk Space:
8 GB
Recommended Requirements
CPU Speed:
2.4 GHz Quad Core processor
RAM:
2 GB
OS:
Microsoft Windows XP (SP2 or later) / Windows Vista / Windows 7
Video Card:
NVIDIA GeForce 9800 GTX / ATI Radeon HD 3870 or better
Sound Card:
Yes
Free Disk Space:
10 GB
Orang-orang yang sempat merasakan indahnya tahun 80-an dan 90-an tentunya mengenal baik nama Dragon Ball yang memenuhi toko buku, toko game,
serta layar televisi di rumah yang ada anak laki-laki berusia di bawah
15 tahun (atau untuk beberapa kasus, yang di atas 20 pun masih menikmati
Dragon Ball). Meskipun sudah berusia 30 tahun, seri Dragon Ball masih saja mendapatkan adaptasi baru entah dalam bentuk film animasi, video game, dan bahkan film Hollywood yang sebaiknya tidak didekati sama sekali.
Tahun ini, Dragon Ball kebagian game baru yang merupakan game pertamanya di generasi console baru, Dragon Ball Xenoverse. Sebelum ajang Tokyo Game Show 2014, saya sempat mencicipi game ini
dan cukup menikmati pertarungan yang bisa saya lakukan di dalamnya.
Lalu apakah pengalaman ini berubah di versi penuhnya? Atau mungkin Dragon Ball Xenoverse punya pesona lain di luar sesi pertarungan? Temukan jawabannya di bawah.
Orang Pun Datang Dan Akan Kembali
Dragon Ball Xenoverse mengusung cerita yang sama dengan cerita yang dapat kamu temukan di sepanjang kisah Dragon Ball Z.
Mulai dari datangnya Raditz ke bumi, sampai ke kisah munculnya Buu dan
kawan-kawan. Namun Xenoverse menyajikan perbedaan menarik sendiri dalam
ceritanya. Di sini kamu akan berperan menjadi seorang patroli waktu yang
menyadari bahwa ada oknum-oknum tertentu yang mencoba mengubah sejarah
dengan merecoki pertarungan-pertarungan penting yang pernah terjadi di Dragon Ball. Biasanya hal ini mereka lakukan dengan cara membuat musuh yang sedang menyerang menjadi lebih kuat dari biasanya. Dengan bimbingan Trunks yang merupakan anggota senior patroli waktu,
kamu akan ikut terlibat dalam pertarungan-pertarungan penting ini demi
menjaga alur waktu agar tidak menyimpang. Sedikit ironis memang
mengingat Trunks sendiri pernah mengacaukan alur waktu dengan
memperingatkan para pejuang bumi akan kehadiran Android No. 17 dan 18.
Karena natur cerita yang memang tentang mengembalikan waktu sesuai
kejadian seharusnya, jangan harap kamu akan memiliki cerita yang
bercabang di game ini ya. Semua cerita berlangsung dengan sangat linear.
Karakter yang kamu kendalikan adalah seorang yang tidak muncul dalam cerita asli Dragon Ball,
oleh karena itu Bandai Namco mengizinkan kamu untuk menciptakan
karakter sendiri dengan cukup bebas. Kamu bisa menciptakan manusia
biasa, makhluk Namek, Saiya, Majin, atau bahkan karakter dari ras Frieza
sekalipun. Tidak terbatas ke penampilan fisik saja, kamu juga bisa
mendandani karaktermu ini dengan berbagai kostum dan aksesori yang dapat
kamu temukan selama menjalankan misi utama maupun sampingan, atau
dengan cara membelinya dengan uang yang kamu kumpulkan dari bertarung.
Kustomisasi yang menarik ini membuat Dragon Ball Xenoverse menjadi game yang begitu spesial dan menarik untuk siapapun, terutama para penggemar Dragon Ball. Kapan lagi kamu punya kesempatan untuk membuat karakter Dragon Ball sebebas ini bukan … kecuali kalau kamu menghitung Dragon Ball Online yang hanya tersedia eksklusif di Cina, Jepang, Taiwan, dan Korea. Oh sekedar informasi saja, Dragon Ball Xenoverse sendiri mengambil banyak aset dari Dragon Ball Online yang telah ditutup, termasuk karakter antagonis orisinal game ini yaitu Towa dan Mira.
Bertarunglah Dragon Ball, Dengan Segala Kemampuan Yang Ada
Dalam Dragon Ball Xenoverse kamu mungkin memiliki berbagai kegiatan untuk dilakukan, tapi pada dasarnya game ini adalah game fighting, dan Dragon Ball Xenoverse sangat sukses menyajikan pertarungan cepat ala Dragon Ball. Berbagai combo lebay,
tembakan-tembakan tenaga dalam penuh warna, serta suara
desingan-desingan petarung yang bergerak secepat kilat bisa kamu temukan
dan lakukan di sini.
Secara kontrol pun Dragon Ball Xenoverse memiliki banyak keunggulan. Game ini memiliki aksesibiltas yang sangat tinggi. Maksudnya, meskipun kamu bukan seorang yang biasa dan jago dalam bermain game fighting, kamu tetap akan bisa mempelajari game ini dengan cepat dan mudah (dibuktikan oleh saya sendiri yang sama sekali tidak pandai bermain game fighting). Meskipun mudah untuk dipelajari, bukan berarti game ini adalah game yang memiliki tingkat kesulitan yang mudah.
Ketika kamu berhadapan dengan komputer, mengulang permainan adalah
hal yang akan cukup sering kamu lakukan. Kadang untuk menanggulangi
kesulitan ini kamu akan dipaksa untuk melakukan grinding demi mengumpulkan uang serta menaikkan level karakter. Untungnya gameplay pertarungan yang bagus membuat grinding cukup menyenangkan (asalkan kamu cicil, jangan langsung menghabiskan 2 jam demi menaikkan level ya).
Medan pertempuran yang ramai
Selain bertarung, Dragon Ball Xenoverse
juga memiliki sebuah tempat bernama Toki Toki City yang bisa kamu
jelajahi. Toki Toki City bisa dibilang merupakan menu atau lobi game
yang dibuat layaknya sebuah kota. Di sini kamu bisa berbelanja berbagai
benda untuk membantu pertarungan, membeli kemampuan bertarung, membeli
pakaian dan aksesori, serta berbagai aktivitas lainnya. Dragon Ball Xenoverse juga memiliki fitur guru-murid di mana kamu akan bisa bertemu dengan karakter dari kisah Dragon Ball
dan mencoba untuk berguru dengan karakter tersebut. Dengan berguru maka
kamu akan bisa mempelajari gerakan-gerakan yang dimiliki oleh karakter
tempat kamu belajar.
Selain aktivitas-aktivitas di atas, di sini kamu juga bisa
mengumpulkan tujuh bola naga. Cara mendapatkannya cukup acak dan
misterius, tapi jika kamu sukses mengumpulkan seluruh bola naga
tersebut, kamu akan bisa memanggil dewa naga dan memohon berbagai
permintaan. Permintaan yang bisa kamu ajukan ada mulai dari meminta uang
yang banyak, meminta benda-benda langka dalam game, membuka karakter rahasia baru, menaikkan level, dan lain-lain. Saran saya, kalau kamu mendapatkan Dragon Ball
gunakan saja untuk membuka karakter rahasia baru, setidaknya jika kamu
memilih pilihan ini hasilnya dijamin bagus tidak seperti yang lainnya.
Sayangnya meskipun memiliki bagian pertarungan yang berkualitas serta
konsep Toki Toki City yang menarik, banyak eksekusi dari bagian selain
pertarungan di game ini nampak kurang terpoles. Berbagai
informasi tidak disampaikan dengan cukup baik sehingga tidak jarang saya
dibuat bingung dengan apa yang harus saya lakukan. Hal ini saya jamin
akan kamu alami juga di awal-awal permainan. Hal ini semakin diperparah
karena ketika berada di Toki Toki City kamu tidak dapat melakukan fast travel. Kota ini mungkin saja kecil, tapi kalau untuk melakukan aktivitas singkat saja game mengharuskan pemain untuk berjalan ke tempat yang itu-itu terus, segalanya tentu akan jadi membosankan.
Kumpulkan tujuh bola naga dan wujudkan keinginanmu
Keluhan desain game juga saya temukan ketika karakter ingin berbelanja pakaian atau aksesori. Di sini, game tidak akan memberikan preview sama sekali dan kamu baru bisa melihat wujud dari benda yang kamu beli setelah membayarnya. Perlu diingat game ini tidak memiliki fitur save
manual sehingga segala keputusan yang kamu ambil akan tersimpan secara
otomatis. Jadi kalau kamu salah beli barang, kamu hanya bisa meratapi
kesalahan kamu.
Jawabnya Ada Di Ujung Langit
Selain kekurangan dari segi desain game, keluhan terbesar saya rasakan dari segi server.Dragon Ball Xenoverse merupakan game yang sangat mengedepankan fitur online, sayangnya hal ini tidak didukung dengan server yang mumpuni. Hal ini semakin diperkeruh dengan fakta bahwa game akan meminta kamu untuk terhubung ke server meskipun kamu bermain single player. Sebuah keputusan yang sangat aneh. Tidak jarang saya berusaha masuk ke lobi single player namun gagal, atau tiba-tiba terlempar ke menu utama begitu saya menyelesaikan misi hanya karena saya terputus dari server ketika memainkan game ini sendirian.
Masalah dalam server ini membuat Dragon Ball Xenoverse terasa seperti permainan menunggu, menunggu, dan menunggu. Baru mulai game saya harus menunggu agar terhubung ke server. Setelah terhubung ke server saya harus menunggu loading dari game, setelah masuk ke dalam game saya harus menunggu lagi kombinasi antara loading dan koneksi server. Rasanya bermain Dragon Ball Xenoverse membutuhkan kesabaran yang sama dengan menonton serial animasi klasik Dragon Ball yang memiliki tempo cerita yang amat sangat lambat.
Anehnya, game akan
berjalan dengan sangat lancar seandainya saya mematikan koneksi internet
di komputer saya sepenuhnya. Tanpa koneksi internet, saya tidak perlu
melihat tulisan “Connecting to Dragon Ball Xenoverse” sama
sekali dan saya tidak perlu khawatir harus terlempar ke menu utama
ketika tengah bermain. Membuat saya bingung untuk apa Bandai Namco
menerapkan kewajiban terhubung internet kalau memang fitur ini bukanlah
fitur wajib dan malah bisa menyusahkan pemain. Dragon Ball Xenoverse juga memiliki fitur multiplayer, baik online maupun lokal. Fitur multiplayer lokal bisa kamu mainkan bersama-sama dengan teman kamu menggunakan komputer atau console yang sama. Karena memang bagian pertarungan di game
ini sangatlah seru, tentu saja melakukan pertarungan bersama-sama
dengan teman juga akan memberikan kamu dan teman-temanmu pengalaman yang
seru dan ramai.
Sayangnya hal yang sama tidak saya rasakan di bagian multiplayer online.
Berkeliling Toki Toki City yang dipenuhi oleh pemain lain yang
melakukan hal-hal yang tidak kalah bodohnya dengan apa yang karakter
saya lakukan bisa dibilang cukup menarik. Apalagi melihat berbagai
penampilan keren karakter-karakter tersebut serta nama-nama konyol yang
mereka miliki. Sayangnya ketika saya mencoba bergabung dalam permainan online,
tidak ada pertarungan untuk saya lakukan. Bahkan ketika saya membuat
sesi permainan pun tidak ada pemain yang bergabung sama sekali. Membuat
aktivitas menunggu menjadi lebih lama lagi dari sebelumnya.
L-l-lebih dari 9000 … oh tidak ternyata
Kesimpulan
Secara keseluruhan Dragon Ball Xenoverse adalah sebuah game fighting yang sangat berkualitas dan merupakan hiburan wajib bagi penggemar Dragon Ball. Sayangnya kualitas gameplay yang baik ini dirusak oleh berbagai masalah yang berhubungan dengan server serta sedikit masalah minor di bagian desain game.
Saya akan menyarankan game ini untuk penggemar game fighting, penggemar Dragon Ball, atau kepada siapapun yang di tempat tinggalnya ada lebih dari satu orang yang bermain game. Game
ini sangat seru dimainkan sendiri, tapi lebih seru lagi ketika
dimainkan bersama-sama. Asal pastikan saja kamu punya koneksi internet
yang oke, atau kalau tidak putus sekalian koneksi internetmu sebelum
mulai bermain Dragon Ball Xenoverse. Oh iya, game ini juga merupakan satu dari sedikit game modern yang masih bisa mendeteksi gamepad Logitech jadul saya lo, senangnya.
Windows Vista (x64) / Windows 7 (x64) / Windows 8 (x64)
Video Card:
1 GB Nvidia GeForce GTX 550 Ti / AMD Radeon HD 6790
Free Disk Space:
10 GB
Dua tahun yang lalu, Square Enix berperan sebagai publisher untuk sebuah game open-world dengan tema tentang kriminalitas di Hong Kong. Game yang berjudul Sleeping Dogs ini menarik perhatian banyak orang, karena meskipun tidak memiliki aktivitas sebanyak yang bisa dilakukan game dengan genre serupa seperti seri Grand Theft Auto, Sleeping Dogs
menawarkan sebuah lingkungan dengan kebudayaan yang sangat menarik
untuk diekspos, dan mereka menyampaikannya dengan detail untuk membayar
luas daerah yang lebih sempit serta aktivitas yang lebih sedikit.
Kini, dua tahun setelah Sleeping Dogs dirilis, Square Enix merilis ulang game ini untuk PC (lagi), PS4, dan Xbox One dengan label Definitive Edition.Sleeping Dogs: Definitive Edition memiliki beberapa hal menarik dibandingkan dengan versi standarnya, oleh karena itu melalui review ini, saya akan membahas tentang game dasar Sleeping Dogs, serta apakah pantas kamu untuk membeli versi Definitive Edition seandainya sudah memainkan versi biasa.
Oh iya, karena Sleeping Dogs: Definitive Edition dirilis setahun setelah game bergenre sama yang sangat luar biasa dirilis, yaitu Grand Theft Auto V. Jangan heran kalau saya akan sering membandingkan apa yang ditawarkan Sleeping Dogs dengan apa yang ada di GTA V. Langsung saja kita masuk ke pembahasannya. Enjoy.
Infernal Affairs – Sebuah Konflik Dalam Organisasi
Sleeping Dogs memiliki cerita yang cukup sering diusung
kisah fiksi yang berlatar belakang di Hong Kong, yaitu tentang
kriminalitas. Karakter utama di game ini, Wei Shen, adalah seorang anggota kepolisian yang mendapatkan tugas untuk menyamar menjadi anggota triad,
sejenis organisasi kriminal Cina yang tersebar di Hong Kong, Macau,
Taiwan, dan lain-lain. Bagi kamu penggemar film, mungkin cukup familier
dengan plot yang terdengar seperti film The Departed arahan Martin Scorsese, atau film aslinya asal Hong Kong yaitu Infernal Affairs.
Meskipun terkesan standar, tapi plot yang dimiliki game ini
sangatlah menarik. Setidaknya kamu akan sering disajikan dengan perasaan
mendebarkan tentang apakah Wei Shen akan selamat dalam penyamarannya,
atau malah kegiatan kriminal yang dia lakukan akan mendarah daging di
dalam dirinya. Hal ini tentunya lebih menarik daripada memainkan
kriminal biasa seperti apa yang biasa kita lakukan di seri GTA.
Satu hal yang sangat menarik dalam Sleeping Dogs adalah gambaran budaya serta bahasa yang ditampilkan. Mayoritas dialog di game
ini dilakukan dalam bahasa Inggris, tapi dengan beberapa dialog yang
dicampur dengan bahasa Kantonis (salah satu bahasa yang digunakan di
Hong Kong). Hal ini memberikan kesan Hong Kong yang semakin kuat di
dalam game, karena tidak mungkin juga kan daerah tersebut 100% menggunakan bahasa Inggris.
City of Damnation – Gambaran Sebuah Kota
Pesona utama dari Sleeping Dogs bisa dibilang adalah kota Hong Kong yang digambarkan dengan begitu detail. Kita sudah cukup sering disajikan dengan sebuah setting open-world
di daerah Amerika, Eropa, atau bahkan daerah fantasi, makanya melihat
sebuah kota yang kehidupan mewah dan kumuhnya bisa muncul dengan begitu
dekat merupakan pesona tersendiri yang tidak dapat kamu temukan di
banyak game lain. Lagi pula. tidak semua game akan mengizinkan kamu berkeliling kota dengan menggunakan motor bebek curian bukan.
Hal menarik juga akan kamu temukan saat berjalan-jalan di daerah pasar. Jika dalam game seperti GTA kamu akan disajikan dengan pilihan untuk membeli pakaian di toko mahal, maka Sleeping Dogs
akan menyajikan kamu pilihan untuk berbelanja baju di pasar layaknya
daerah Tanah Abang. Teriakan-teriakan tawaran dari penjual DVD bajakan,
tukang daging, sampai dengan penjaga toko baju dengan desain asal-asalan
akan kamu temukan di sini. Sebagai orang Asia, tentunya hal ini sangat
berkesan untuk kita, karena sebelumnya jarang sekali game menggambarkan daerah seperti ini dengan kemiripan yang begitu besar.
Meskipun begitu, pesona dan kedetailan ini harus digantikan dengan
luas daerah yang tidak terlalu besar. Menurut saya pribadi sebenarnya
luas daerah di Sleeping Dogs sudah cukup bagus, tapi kalau dibandingkan dengan game seperti Grand Theft Auto V, well kamu jelas berharap terlalu banyak.
Sebagai sebuah game, Sleeping Dogs jelas menawarkan sebuah
pengalaman wisata virtual ke daerah yang sering kita jumpai di dunia
nyata, namun nyaris tidak pernah terekspos video game, dan hal ini sangatlah menyenangkan untuk dilakukan.
The Raid – Pertarungan
Selain lingkungan yang betul-betul berbeda dibandingkan dengan game bergenre serupa, satu hal yang menurut saya sangat spesial dari game ini adalah bagian pertarungan. Jika dalam game dengan genre dan tema serupa kamu hanya akan disajikan dengan aksi baku tembak saja, maka Sleeping Dogs betul-betul menyajikan aksi pertarungan keren layaknya film kungfu.
Di sini, kamu bisa menghabisi musuh dengan tangan kosong atau
menggunakan bantuan lingkungan. Kontrol khusus untuk pertarungan sendiri
didesain dengan begitu bagus sampai-sampai terkadang saya berpikir
bahwa game ini adalah game fighting atau beat ’em up. Gerakan-gerakan yang bisa Wei lakukan ada mulai dari pukulan atau tendangan biasa, grapple atau kuncian, serta counter attack. Selain itu kamu juga bisa membangun combo yang dapat dipelajari di tempat latihan kungfu.
Tentu saja sebagai game open-world bertemakan kriminalitas, Sleeping Dogs juga memiliki perserutuan dengan senjata api layaknya game lain. Tapi kalau melihat serunya pertarungan tangan kosong di game ini, sepertinya aksi baku tembak menjadi hal yang tidak spesial lagi.
The Departed – Dari Teknologi Tua, Ke Standar Modern
Hal yang satu ini mungkin yang jadi pertanyaan banyak gamer yang sudah pernah memainkan Sleeping Dogs dan ragu apakah mereka perlu mengulang game ini ini lagi. Sleeping Dogs mengikuti tren yang dilakukan oleh Square Enix dengan Tomb Raider yang memiliki Definitive Edition, kini Sleeping Dogs juga dirilis ulang dengan judul Sleeping Dogs: Definitive Edition untuk PS4, Xbox One, dan juga termasuk untuk PC.
Jujur saja sebagai seorang gamer yang tidak terlalu memperhatikan kualitas visual, saya tidak merasa ada banyak perbedaan dari Sleeping Dogs biasa dan Definitive Edition
yang ada di PC. Hal yang paling mudah terlihat mungkin hanya pada
bagian lebih banyak kabut dan efek-efek pemanis di versi baru ini, tapi
selain itu kamu juga bisa mendapatkan grafis yang bagus dengan Sleeping Dogs versi lama di PC.
Sayangnya PC bukanlah pembanding yang tepat untuk kedua versi ini.
Meskipun tidak merasakan langsung, saya mendengar banyak laporan
mengenai jauhnya perbedaan yang dimiliki versi PS3 dengan PS4, atau
versi Xbox 360 dengan Xbox One.
Tapi di luar kualitas visual, perbedaan paling besar yang bisa kamu temukan di sini adalah konten yang ditawarkan. Sleeping Dogs: Definitive Edition dijual beserta seluruh DLC yang pernah dirilis untuk Sleeping Dogs. Jadi kalau kamu sebelumnya belum pernah bermain Sleeping Dogs sama sekali, Definitive Edition merupakan versi yang saya sarankan untuk kamu ambil, tapi kalau kamu sudah pernah atau sudah punya game ini, tidak akan ada banyak perbedaan signifikan yang bisa kamu temukan.
Sebagai sebuah game, Sleeping Dogs
jelas menawarkan sebuah pengalaman wisata virtual ke daerah yang sering
kita jumpai di dunia nyata, namun nyaris tidak pernah terekspos video game, dan hal ini sangatlah menyenangkan untuk dilakukan.
The Verdict
Sebagai sebuah game open-world, Sleeping Dogs betul-betul menawarkan banyak sekali hal baru dan menarik yang tidak akan dapat kamu temukan di game serupa lainnya. Mulai dari cerita yang sangat menarik, gameplay yang seru, serta lingkungan yang sangat menyenangkan untuk dijelajahi. Jika kamu butuh sebuah game open-world tapi bosan dengan lingkungan yang itu-itu saja, Sleeping Dogs jelas sangat wajib untuk kamu mainkan.
Minimum Requirements
CPU:
Core 2 Duo 2.4 GHz or Althon X2 2.7 GHz
CPU Speed:
Info
RAM:
2 GB
OS:
Windows Vista Service Pack 2
Video Card:
DirectX 10 or 11 compatible Nvidia
or AMD ATI card, ATI Radeon 3870 or higher, Nvidia GeForce 8800 GT or
higher
Sound Card:
Yes
Free Disk Space:
15 GB
Recommended Requirements
CPU:
Quad-core Intel or AMD CPU
CPU Speed:
Info
RAM:
4 GB
OS:
Windows 7
Video Card:
DirectX 11 Nvidia or AMD ATI card, Nvidia GeForce GTX 560 or ATI Radeon 6950
Sound Card:
Yes
Free Disk Space:
15 GB
Akhirnya setelah sekian lama menunggu dan sempat tertunda beberapa
bulan, game buatan anak bangsa ini muncul secara resmi di website Steam.
DreadOut, sebuah game horor yang terinspirasi dari game horor klasik seperti Fatal Frame ini dibuat oleh studio lokal asal Bandung yaitu Digital Happiness.
Melihat kondisi game horor zaman sekarang yang tidak lagi memiliki
getaran-getaran layaknya game horor tahun 90an, apakah game indie yang
didukung oleh website crowdsourcing Indiegogo ini bisa menggebrak dunia video game horor lewat gameplay dan atmosfer yang ditawarkan?
Sebelum peluncuran resminya besok, kami akan memberikan memberikan ulasan game ini sebagai bahan referensi Anda.
Jangan Takut
DreadOut bercerita tentang sekelompok pelajar yang terpaksa masuk ke
sebuah kampung yang terbengkalai ketika mereka sedang melakukan
karyawisata. Anda akan bermain sebagai Linda, seorang siswi SMA yang
merupakan salah satu dari kelompok pelajar tersebut. Dalam kampung
tersebut, Linda dan kawan-kawan terperangkap dalam sebuah sekolah yang
berhantu dan mereka terpisah satu sama yang lain. Linda yang dibekali
telepon genggamnya kini harus berusaha mencari teman-temannya dan juga
mencari jalan untuk keluar dari tempat terkutuk itu.
Melalui sinopsis tersebut, nampaknya cerita dalam DreadOut terdengar agak klise layaknya cerita dalam sebuah film horor pada umumnya, tapi bukan dari nilai tersebut DreadOut menunjukkan kebolehannya.
DreadOut mungkin salah satu game yang bisa menunjukkan atmosfer
mencekam secara baik. Dari awal permainan saja Anda sudah disuguhi
lantunan ‘Lengser Wengi’ yang dijamin bisa membuat bulu kuduk berdiri.
Untuk orang luar negeri, mungkin lagu tersebut hanyalah sebuah pembuka
biasa, namun bagi kita yang merupakan orang Indonesia, lagu tersebut
memberikan dampak yang berbeda karena kita mengenalnya bukan? DreadOut
nampaknya lebih fokus untuk memberikan pengalaman budaya lokal dan saya
rasa hal itu sangatlah tepat mengingat budaya Indonesia memiliki
potensi untuk diolah dan menjadikan sebuah karya memiliki nilai eksotis.
Inti dari sebuah suasana yang mengerikan dalam media visual adalah
adanya keterbatasan yang membuat kita mengira-ngira ada sesuatu yang
tidak diketahui di hadapan kita. Saya rasa DreadOut melakukan
kerja yang sangat baik dalam bagian itu. Mulai dari jarak pandang yang
pendek serta tingkat pencahayaan yang benar-benar gelap secara tidak
langsung membuatmu membayangkan bahwa ada ‘sesuatu’ yang menunggu di
balik kegelapan itu. Hal ini pernah digunakan pada beberapa macam game
horor seperti Silent Hill dan hasilnya juga sama seramnya.
Tidak hanya itu saja, desain level yang ada dalam DreadOut
juga dibuat cukup mencekam lewat penataan objek-objek yang ada. Dalam
game ini, Anda terkurung dalam sebuah sekolah, dan biar saya perjelas
bahwa gedung sekolah adalah salah satu tempat terbaik untuk dijadikan
sebuah setting film atau game horor. Sebagai contoh, DreadOut
menggunakan objek kursi dan meja dalam kelas untuk membentuk sebuah
formasi meja-kursi yang terlihat menyeramkan. Kemudian, adanya
objek-objek mencolok yang seharusnya tidak ada dalam sebuah sekolah,
coretan di dinding serta banyak objek rusak yang termakan waktu sangat
menambah nuansa seram dalam game ini. DreadOut nampak jelas menggunakan konten lokal sebagai daya
tarik utama. Selain untuk keperluan inti gameplay, ada pula hal-hal lain
dari penggunaan materi lokal itu yang membuat kamu malah tersenyum
sendiri. Contohnya di bagian poster-poster yang terpampang di dinding
yang kebanyakan mengingatkan kita betapa noraknya iklan tempel yang ada
di Indonesia. Selain itu ada juga penampakan dari hal-hal yang sering
kita lihat di pinggir jalan sebelum masuk ke gedung sekolah seperti
stand yang menjual CD lagu bajakan bahkan hingga bunga obitueri yang
bertuliskan ‘Turut Berduka Cita (nama backer)’ juga ada. Sebelum Anda
ketakutan sepertinya Anda akan tertawa sendiri dulu (dan itu pasti buat
orang di sekitar Anda ketakutan).
Buka Matamu, Buka Telingamu
Salah satu elemen dalam sebuah game horor adalah jumpscare, namun banyak di antara game horor yang ada malah memberikan jumpscare
secara ‘murahan’. Contohnya seperti menggunakan efek suara yang keras
secara tiba-tiba tapi kita tidak tahu apa yang sebenarnya sedang
terjadi. Dalam DreadOut, hal tersebut tidak akan Anda temukan, melainkan DreadOut memberikan pengalaman jumpscare
tersebut secara bertahap namun tetap mengagetkan. Saya tidak bisa
memberikan contoh karena itu akan merusak pengalaman bermain, tapi kalau
Anda coba sendiri, Anda pasti cukup mengerti apa yang saya maksudkan.
Ada juga satu aspek yang ingin saya ulas yaitu di bidang suara. Karakter dalam DreadOut menggunakan bahasa Inggris dalam percakapannya untuk sementara ini dan nantinya Digital Happiness akan memberikan patch untuk bahasa Indonesia. Tidak ada sesuatu yang istimewa di bagian ini namun begitu saya mendengar efek suara seperti ambience, saya cukup terkejut karena DreadOut
juga bisa menghantarkan atmosfer mencekam hanya lewat suara. Saya
acungkan jempol buat sound designer-nya karena suara yang dipilih
sangatlah tepat dan mampu membuat saya merinding. Suara-suara tersebut
bukan suara keras yang tiba-tiba muncul melainkan malah suara-suara
samar yang justru bisa membuat Anda berkeringat dingin.
Meskipun memiliki impresi yang cukup baik, DreadOut masih
mengalami beberapa masalah di berbagai bagian. Pada teksur objek 3D,
masih ada ketidak seimbangan kualitas tekstur. Beberapa objek dalam game
memiliki kualitas tekstur yang baik dan kebanyakan memiliki tekstur
yang rendah. Selain tekstur, masih juga ada objek yang terkena clipping sehingga kadang terlihat menghilang dari pandangan. Untuk bagian modeling dan rigging
dari karakter sendiri juga masih terlihat agak kasar dan begitu
dianimasikan, deformasi dari bagian-bagian tubuh terlihat tidak alami.
Untuk gameplay, sebenarnya game ini menganut cara bermain yang
sederhana. Anda cukup mengambil foto dari hantu yang Anda temui untuk
mengalahkannya dan semua foto yang Anda ambil bisa disimpan dalam
galeri. Beberapa hantu memiliki cara tersendiri untuk dikalahkan dan itu
menambah variasi dalam permainan. Sayangnya, game ini tidak memiliki
in-game tutorial sehingga sebelum Anda memulai permainan ada baiknya
membaca terlebih dahulu panduan yang ada. Cara ini cukup konvensional
dan mengingatkan saya tentang manual untuk bergerak dalam game Resident Evil tempo dulu.
Satu hal yang cukup membuat saya frustasi memainkan DreadOut
adalah tujuan yang tidak jelas. Tujuan dalam game ini diperlihatkan
dalam bentuk potongan cerita sehingga saya sendiri sering bingung
sebenarnya yang harus saya cari itu apa. Hal seperti ini sebenarnya
sudah cukup lumrah di kalangan game pixel horor, namun karena DreadOut
adalah sebuah game 3D, maka area yang harus dijelajahi menjadi lebih
luas sehingga Anda malah kebingungan lebih dahulu sebelum bisa menemukan
jalan keluar.
Putusan
DreadOut adalah sebuah game horor yang memiliki gameplay
klasik dan atmosfer yang benar-benar mencekam. Meskipun game ini masih
memilki masalah di bidang teknis dan gameplay, DreadOut tetap wajib Anda mainkan terutama jika Anda penggemar game horor dan juga ingin mendukung developer Indonesia.
Oh, iya. Semenjak game ini dirilis secara episodik, Digital Happiness juga menjanjikan adanya Act 2 serta Free Roam Mode yang nantinya pasti akan kami bahas juga. Digital Happiness akan memberikan Act 2 secara gratis kepada para pemilik Act 1, sedangkan Free Roam Mode akan menjadi edisi berbayar.
Minimum Requirements
CPU:
Intel Core 2 Duo E4600 or Athlon 64 X2 4800+
CPU Speed:
Info
RAM:
2 GB
OS:
Windows 7 (64-Bit)
Video Card:
NVIDIA GeForce 8800GT or AMD Radeon HD 3830 or Intel HD Graphics 4000 with 512 MB VRAM
Sound Card:
Yes
Free Disk Space:
5 GB
Recommended Requirements
CPU:
Intel Core i5-2300 or AMD Phenom II X4 940 or better
CPU Speed:
Info
RAM:
8 GB
OS:
Windows 7 (64-Bit)
Video Card:
NVIDIA GeForce GTX 550 or AMD Radeon HD 7750 with 1 GB VRAM or better
Sound Card:
Yes
Free Disk Space:
10 GB
One Piece jelas merupakan salah satu judul manga paling terkenal di seluruh dunia selama belasan tahun belakang ini. Kepopulerannya juga membuat One Piece mendapatkan berbagai adaptasi entah dalam bentuk animasi maupun video game. Nah, untuk video game, One Piece telah diadaptasi ke berbagai genre, namun saya rasa seri One Piece: Pirate Warriors adalah salah satu adaptasi yang serius membawa semangat One Piece dalam gameplay yang dimilikinya seperti yang juga ada pada One Piece: Unlimited World Red.
One Piece: Pirate Warriors 3 merupakan iterasi ketiga dari seri Pirate Warriors, dan seperti seri Warriors pada umumnya, game ini mengusung gameplay satu lawan seribu dengan aksi cepat, lebay, dan memuaskan. Dari segi gameplay dan konsep, sepertinya One Piece: Pirate Warriors 3 terkesan tidak memiliki sesuatu yang benar-benar baru, tapi apakah memang benar demikian?
Pada Dasarnya, Sebuah Game One Piece
One Piece: Pirate Warriors 3 bisa dibilang memiliki format cerita yang sama seperti seri game Warriors yang digarap oleh Omega Force. Kamu akan menemukan kumpulan kisah-kisah One Piece yang diceritakan secara kronologis dalam bentuk level permainan.
Mulai dari arc Romance Dawn hingga arc Dressrosa
akan kamu alami sendiri di sini dan masing-masing bab dirangkum dengan
sangat singkat. Cocok untuk kamu yang belum pernah tahu cerita dalam
seri One Piece maupun kamu yang ingin kembali momen-momen mengharukan dalam One Piece. Meski demikian, game ini menghadirkan ending orisinal sehingga sebaiknya kamu tidak perlu terlalu terpaku dengan akhir cerita yang disuguhkan.
Karakter yang tersedia untuk bisa kamu mainkan jelas tidak perlu
ditanya lagi. Seluruh anggota Straw Hat Pirates bisa kamu gunakan.
Seiring berlanjutnya cerita, karakter-karakter lain pun bisa kamu
gunakan di luar Story Mode meskipun memang tidak semuanya bisa kamu
akses.
Bersihkan Layar dari Musuh yang Menghadang
Gameplay yang disediakan dalam One Piece: Pirate Warriors 3
seharusnya sudah bisa ditebak dengan mudah. Kamu akan menggunakan salah
satu karakter yang tersedia dan maju menghadapi ribuan musuh yang
menghadang untuk menyelesaikan sebuah tujuan. Secara keseluruhan memang
mirip Dynasty Warriors atau Samurai Warriors, namun dengan beberapa perbedaan. Jurus yang kamu luncurkan sudah pasti didasari dengan jurus-jurus yang bisa digunakan para karakter One Piece dalam seri manga.
Luffy memiliki kekuatan manusia karet, Zoro menggunakan tiga pedang,
Sanji memiliki tendangan mematikan, Chopper bisa berubah bentuk, dan
kemampuan karakter lainnya yang sudah kamu kenal akan bisa kamu gunakan
dalam game ini.
Yang menarik adalah kemampuan dari masing-masing karakter akan
berubah seiring berjalannya cerita seperti yang pernah muncul dalam manga. Contohnya, Luffy nantinya bisa menggunakan Haki pada saat-saat tertentu.
Serangan dalam seri Warriors bisa dikerahkan dengan kombinasi tombol sederhana dan hal tersebut juga dipertahankan dalam One Piece: Pirate Warriors 3.
Serangan yang menghasilkan daya rusak tinggi, jarak jangkauan yang
luas, dan diadaptasi dari sumber secara baik mampu memberikan kepuasan
saat kamu bisa mengalahkan ratusan musuh dalam satu layar.
Hal yang sama berlaku dengan jurus spesial (atau yang sering disebut Musou) unik yang bisa dikerahkan masing-masing karakter. Serangan spesial itu dijamin memberikan kepuasan yang tidak bisa diberikan game action biasa.
Kizuna Rush – Tambahan Baru yang Mewarnai Permainan
Semuanya tidak sampai di situ saja. Ada fitur baru bernama Kizuna
Rush yang akan membuat permainan menjadi lebih kacau (dalam artian
baik). Dengan Kizuna Rush, kamu bisa “memanggil” teman satu faksi
sementara untuk membantumu menyambung serangan. Rekan yang bisa kamu
panggil juga beragam tergantung ada siapa saja dalam sebuah pertempuran.
Sistem ini memberikan nilai lebih karena masing-masing Kizuna Rush dari
setiap karakter memiliki efek yang berbeda.
Contohnya, Luffy bisa melontarkan musuh ke udara sehingga ada
momentum untuk menyambung serangan lagi, Ussop bisa memberikan
serangan membakar musuh, dan masih banyak variasi lainnya. Dengan Kizuna
Rush, pertarungan menjadi sangat berwarna dan tidak terlalu monoton.
Ada juga yang disebut Kizuna Mode yang akan membuat kamu bisa
melancarkan serangan yang lebih kuat dan mendapatkan bermacam-macam
status buff. Serangan spesial ketika berada dalam Kizuna Mode
juga akan berubah dengan artian kamu akan melakukan serangan spesial
bersamaan dengan rekanmu pilihanmu.
Jumlah rekan yang bisa ikut menyumbangkan serangan secara bersamaan
juga cukup banyak. Terakhir kali saya mencoba, saya bisa melakukan
serangan spesial dalam Kizuna Mode bersama dengan empat orang lainnya
sehingga serangan spesial tersebut bisa menyapu bersih seluruh musuh
dalam satu layar dan hal itu sangatlah memuaskan.
Pada Dasarnya Sebuah Game Warriors, dengan Sedikit Tambahan
One Piece: Pirate Warriors 3 juga memiliki beberapa elemen gameplay yang sering kali kamu temukan dalam semua seri Warriors.
Mulai dari markas yang bisa diambil alih, misi sampingan dalam sebuah
level, dan berbagai hal lainnya. Ada juga yang disebut Treasure Event
yaitu sebuah misi dengan kondisi tertentu yang akan memberikan kamu
imbalan tertentu. Ini bisa memberikan sebuah replay value bagi kamu yang suka mengumpulkan berbagai hal.
Walaupun One Piece: Pirate Warriors 3 memiliki banyak fitur baru, saya tidak bisa bilang sepenuhnya bahwa game tersebut terhindar dari penyakit repetisi yang muncul dari setiap seri Warriors. Gameplay action yang sangat lebay dalam game
ini akan terasa repetitif ketika kamu memainkannya dalam waktu singkat
sekalipun, bahkan mungkin terasa melelahkan. Durasi satu level dalam game ini juga terasa terlalu lama sehingga progres permainan kadang terasa terlalu lambat.
Tadi saya sempat menyebutkan bahwa One Piece: Pirate Warriors 3 berhasil membawa semangat seri One Piece ke dalam gameplay, bukan? Itu bisa dibuktikan lewat beberapa detail seperti percakapan yang dibuat menjadi format mirip manga atau
detail kecil menyebalkan seperti ketika Sanji berhadapan dengan wanita
yang membuatnya tidak bisa melakukan serangan sama sekali.
Tampilan Layaknya Manga Berwarna
Tampilan visual One Piece: Pirate Warriors 3 bisa dibilang cukup menarik. Model 3D yang disajikan sangat mendekati sumbernya dan memiliki shading yang unik karena terlihat seperti tampilan dalam sebuah manga lengkap dengan goresan shading pena yang khas One Piece. Sayangnya, hal tersebut kurang terlihat dari lingkungan sekitar yang ditampilkan One Piece: Pirate Warriors 3. Terkadang dunia yang ada terlihat sangat datar meski masih dipenuhi warna-warni.
Optimisasi dalam One Piece: Pirate Warriors 3 sebenarnya termasuk cukup baik apabila dibandingkan dengan Dynasty Warriors8: Xtreme Legends Complete Edition atau Samurai Warriors 4. Namun game ini masih memiliki sedikit masalah seperti frame rate
yang masih terasa tidak stabil untuk beberapa bagian. Tapi hal ini
masih bisa dimaklumi karena penurunan terjadi ketika musuh berada cukup
banyak dalam satu layar atau ketika efek cuaca seperti hujan tengah
berjalan.
Kesimpulan
One Piece: Pirate Warriors 3 adalah sebuah seri Warriors yang berusaha sebaik mungkin mengadaptasi seri One Piece ke dalam sebuah game action yang memberikan kepuasan ketika kamu mengalahkan banyak musuh dalam sekali serang. Jika kamu merasa ingin memainkan sebuah game adaptasi manga yang seru, sederhana, dan menyenangkan, kamu tidak perlu ragu untuk memilih One Piece: Pirate Warriors 3.