Mafia II akhirnya muncul juga dan kali ini kamu akan kembali dibawa ke dalam petualangan di kota Italia yang sekali lagi, akan melibatkan kelompok mafia (sesuai dengan judul gamenya sendiri). Seperti biasa, kamu akan bertualang dengan permainan ala Grand Theft Auto, lengkap dengan kendaraan yang bisa kamu dapatkan di mana saja, senjata-senjata yang juga cukup beragam (sesuai dengan zamannya) dan tidak lupa pula jalan cerita yang cukup menarik. Sekarang pertanyaannya adalah, apakah Mafia II ini memuaskan seperti halnya pendahulunya? Mari kita bahas dengan review di bawah ini.


Dalam Mafia II, kamu akan berperan sebagai seorang pria bernama Vito Scaletta, seorang pemuda asal Italia yang baru saja kembali dari Perang Dunia II. Sekembalinya dari perang tersebut, ia mengetahui kenyataan bahwa ternyata ibu dan adik perempuannya, sedang terlibat masalah peminjaman uang dengan seorang rentenir. Vito yang menemukan kenyataan tersebut pun mulai mencoba segala cara dan akhirnya memutuskan bahwa kehidupan yang "tidak makmur" tersebut tidaklah cocok bagi dirinya. Setelahnya, Vito mulai mengerjakan semua pekerjaan kotor untuk mendapatkan uang dan membiayai hidupnya dengan kehidupan yang glamor, mulai dari menghabisi seseorang, mencuri mobil dan masih banyak lagi yang lainnya.

Nah, semua even dalam game ini berlangsung di dalam Empire Bay, sebuah kota yang didesain sedemikian rupa sehingga mirip dengan kota New York, lengkap dengan penduduk, polisi, kendaraan serta majalah Playboy yang bisa kamu temukan bergeletakan dimana saja. Pertama kali kamu memainkan game ini, kami yakin kamu akan merasakan atmosfer sebuah permainan open-world yang telah menunggu kamu, dengan misi dan tugas yang harus kamu jalankan. Kamu juga bisa menemukan banyak sekali hal-hal yang pastinya akan membuat kamu berpikir bahwa game ini PASTI adalah sebuah game open-world. Ada toko baju, ada toko senjata, ada restoran dan masih banyak lagi yang lainnya. Apabila kamu bermasalah dengan polisi, kamu bisa memilih untuk membayar denda kepada polisi kalau memang kesalahan kamu hanya kesalahan kecil (seperti ngebut dan semacamnya). Apabila kesalahannya sudah berhubungan dengan pembunuhan, kamu bisa berganti pakaian untuk mengelabui polisi. Bagaimana dengan kendaraan? Yang perlu kamu lakukan hanyalah pergi ke sebuah bengkel dan minta sang montir untuk merubah plat nomor. Kenapa ganti plat nomor ataupun ganti baju? Karena kali ini, polisi akan lebih dari sekedar mengejar kamu saja, tapi kali ini mereka juga akan mengingat wajah (mungkin lebih tepatnya penampilan) serta mengingat nomor polisi kendaraan kamu. Kalau ingin selamat, maka kamu harus menyelesaikan beberapa tugas di atas.


Tapi ternyata itu semua hanyalah kamuflase saja. Kenapa kami katakan kamuflase? Karena sebenarnya dalam permainan ini, kamu selalu dituntun oleh jalan cerita yang ada. Kamu tidak akan pernah benar-benar mendapatkan kesempatan untuk benar-benar menjelajahi Empire Bay ini secara leluasa. Walau memang kadang kamu bisa melakukan penjelajahan kecil, tapi itu semua hanya bersifat sementara. Setelah selesai, yang kamu ketahui hanyalah bahwa ternyata game yang telah kamu mainkan selama beberapa jam ini sudah tamat.

Apakah ini lantas membuat game tersebut menjadi tidak enak untuk dimainkan? Kenyataannya tidak, walau sebenarnya mungkin ada baiknya apabila game ini juga mendapatkan kebebasan untuk berkelana seperti halnya Grand Theft Auto yang penuh dengan kebebasan itu. Sebagai sebuah game yang tampaknya benar-benar berorientasi pada misi, game ini merupakan game yang bagus. Tapi sayangnya, justru karena hal tersebut, game ini pun berubah menjadi terkesan seperti sebuah wadah untuk menampung sebuah kota yang tampaknya tidak realistis. Memang benar ada banyak orang yang lalu lalang dalam game ini, tapi mereka semua tampak kaku dan itu membuat game ini terkesan kosong. Sangat disayangkan.



Minimum Requirements

CPU: Pentium D 3GHz or AMD Athlon 64 X2 3600+ (Dual core) or higher
RAM: 1.5 GB
OS: Microsoft Windows XP (SP2 or later) / Windows Vista / Windows 7
Video Card: NVIDIA GeForce 8600 / ATI Radeon HD 2600 Pro or better
Sound Card: Yes
Free Disk Space: 8 GB

Recommended Requirements

CPU Speed: 2.4 GHz Quad Core processor
RAM: 2 GB
OS: Microsoft Windows XP (SP2 or later) / Windows Vista / Windows 7
Video Card: NVIDIA GeForce 9800 GTX / ATI Radeon HD 3870 or better
Sound Card: Yes
Free Disk Space: 10 GB



Orang-orang yang sempat merasakan indahnya tahun 80-an dan 90-an tentunya mengenal baik nama Dragon Ball yang memenuhi toko buku, toko game, serta layar televisi di rumah yang ada anak laki-laki berusia di bawah 15 tahun (atau untuk beberapa kasus, yang di atas 20 pun masih menikmati Dragon Ball). Meskipun sudah berusia 30 tahun, seri Dragon Ball masih saja mendapatkan adaptasi baru entah dalam bentuk film animasi, video game, dan bahkan film Hollywood yang sebaiknya tidak didekati sama sekali.
Tahun ini, Dragon Ball kebagian game baru yang merupakan game pertamanya di generasi console baru, Dragon Ball Xenoverse. Sebelum ajang Tokyo Game Show 2014, saya sempat mencicipi game ini dan cukup menikmati pertarungan yang bisa saya lakukan di dalamnya. Lalu apakah pengalaman ini berubah di versi penuhnya? Atau mungkin Dragon Ball Xenoverse punya pesona lain di luar sesi pertarungan? Temukan jawabannya di bawah.

Dragon Ball Xenoverse | Wide Screenshot (1)

 

Orang Pun Datang Dan Akan Kembali

Dragon Ball Xenoverse mengusung cerita yang sama dengan cerita yang dapat kamu temukan di sepanjang kisah Dragon Ball Z. Mulai dari datangnya Raditz ke bumi, sampai ke kisah munculnya Buu dan kawan-kawan. Namun Xenoverse menyajikan perbedaan menarik sendiri dalam ceritanya. Di sini kamu akan berperan menjadi seorang patroli waktu yang menyadari bahwa ada oknum-oknum tertentu yang mencoba mengubah sejarah dengan merecoki pertarungan-pertarungan penting yang pernah terjadi di Dragon Ball. Biasanya hal ini mereka lakukan dengan cara membuat musuh yang sedang menyerang menjadi lebih kuat dari biasanya.
Dragon Ball Xenoverse | Side Screenshot (2)Dengan bimbingan Trunks yang merupakan anggota senior patroli waktu, kamu akan ikut terlibat dalam pertarungan-pertarungan penting ini demi menjaga alur waktu agar tidak menyimpang. Sedikit ironis memang mengingat Trunks sendiri pernah mengacaukan alur waktu dengan memperingatkan para pejuang bumi akan kehadiran Android No. 17 dan 18. Karena natur cerita yang memang tentang mengembalikan waktu sesuai kejadian seharusnya, jangan harap kamu akan memiliki cerita yang bercabang di game ini ya. Semua cerita berlangsung dengan sangat linear.
Karakter yang kamu kendalikan adalah seorang yang tidak muncul dalam cerita asli Dragon Ball, oleh karena itu Bandai Namco mengizinkan kamu untuk menciptakan karakter sendiri dengan cukup bebas. Kamu bisa menciptakan manusia biasa, makhluk Namek, Saiya, Majin, atau bahkan karakter dari ras Frieza sekalipun. Tidak terbatas ke penampilan fisik saja, kamu juga bisa mendandani karaktermu ini dengan berbagai kostum dan aksesori yang dapat kamu temukan selama menjalankan misi utama maupun sampingan, atau dengan cara membelinya dengan uang yang kamu kumpulkan dari bertarung.
Kustomisasi yang menarik ini membuat Dragon Ball Xenoverse menjadi game yang begitu spesial dan menarik untuk siapapun, terutama para penggemar Dragon Ball. Kapan lagi kamu punya kesempatan untuk membuat karakter Dragon Ball sebebas ini bukan … kecuali kalau kamu menghitung Dragon Ball Online yang hanya tersedia eksklusif di Cina, Jepang, Taiwan, dan Korea. Oh sekedar informasi saja, Dragon Ball Xenoverse sendiri mengambil banyak aset dari Dragon Ball Online yang telah ditutup, termasuk karakter antagonis orisinal game ini yaitu Towa dan Mira.
Dragon Ball Xenoverse | Wide Screenshot (2)

 

Bertarunglah Dragon Ball, Dengan Segala Kemampuan Yang Ada

Dragon Ball Xenoverse | Side Screenshot (3)Dalam Dragon Ball Xenoverse kamu mungkin memiliki berbagai kegiatan untuk dilakukan, tapi pada dasarnya game ini adalah game fighting, dan Dragon Ball Xenoverse sangat sukses menyajikan pertarungan cepat ala Dragon Ball. Berbagai combo lebay, tembakan-tembakan tenaga dalam penuh warna, serta suara desingan-desingan petarung yang bergerak secepat kilat bisa kamu temukan dan lakukan di sini.
Secara kontrol pun Dragon Ball Xenoverse memiliki banyak keunggulan. Game ini memiliki aksesibiltas yang sangat tinggi. Maksudnya, meskipun kamu bukan seorang yang biasa dan jago dalam bermain game fighting, kamu tetap akan bisa mempelajari game ini dengan cepat dan mudah (dibuktikan oleh saya sendiri yang sama sekali tidak pandai bermain game fighting). Meskipun mudah untuk dipelajari, bukan berarti game ini adalah game yang memiliki tingkat kesulitan yang mudah.
Ketika kamu berhadapan dengan komputer, mengulang permainan adalah hal yang akan cukup sering kamu lakukan. Kadang untuk menanggulangi kesulitan ini kamu akan dipaksa untuk melakukan grinding demi mengumpulkan uang serta menaikkan level karakter. Untungnya gameplay pertarungan yang bagus membuat grinding cukup menyenangkan (asalkan kamu cicil, jangan langsung menghabiskan 2 jam demi menaikkan level ya).
Dragon Ball Xenoverse | Wide Screenshot (3)
Medan pertempuran yang ramai
Selain bertarung, Dragon Ball Xenoverse juga memiliki sebuah tempat bernama Toki Toki City yang bisa kamu jelajahi. Toki Toki City bisa dibilang merupakan menu atau lobi game yang dibuat layaknya sebuah kota. Di sini kamu bisa berbelanja berbagai benda untuk membantu pertarungan, membeli kemampuan bertarung, membeli pakaian dan aksesori, serta berbagai aktivitas lainnya.
Dragon Ball Xenoverse juga memiliki fitur guru-murid di mana kamu akan bisa bertemu dengan karakter dari kisah Dragon Ball dan mencoba untuk berguru dengan karakter tersebut. Dengan berguru maka kamu akan bisa mempelajari gerakan-gerakan yang dimiliki oleh karakter tempat kamu belajar.
Dragon Ball Xenoverse | Screenshot (1)
Selain aktivitas-aktivitas di atas, di sini kamu juga bisa mengumpulkan tujuh bola naga. Cara mendapatkannya cukup acak dan misterius, tapi jika kamu sukses mengumpulkan seluruh bola naga tersebut, kamu akan bisa memanggil dewa naga dan memohon berbagai permintaan. Permintaan yang bisa kamu ajukan ada mulai dari meminta uang yang banyak, meminta benda-benda langka dalam game, membuka karakter rahasia baru, menaikkan level, dan lain-lain. Saran saya, kalau kamu mendapatkan Dragon Ball gunakan saja untuk membuka karakter rahasia baru, setidaknya jika kamu memilih pilihan ini hasilnya dijamin bagus tidak seperti yang lainnya.
Sayangnya meskipun memiliki bagian pertarungan yang berkualitas serta konsep Toki Toki City yang menarik, banyak eksekusi dari bagian selain pertarungan di game ini nampak kurang terpoles. Berbagai informasi tidak disampaikan dengan cukup baik sehingga tidak jarang saya dibuat bingung dengan apa yang harus saya lakukan. Hal ini saya jamin akan kamu alami juga di awal-awal permainan. Hal ini semakin diperparah karena ketika berada di Toki Toki City kamu tidak dapat melakukan fast travel. Kota ini mungkin saja kecil, tapi kalau untuk melakukan aktivitas singkat saja game mengharuskan pemain untuk berjalan ke tempat yang itu-itu terus, segalanya tentu akan jadi membosankan.
Dragon Ball Xenoverse | Screenshot (2)
Kumpulkan tujuh bola naga dan wujudkan keinginanmu
Keluhan desain game juga saya temukan ketika karakter ingin berbelanja pakaian atau aksesori. Di sini, game tidak akan memberikan preview sama sekali dan kamu baru bisa melihat wujud dari benda yang kamu beli setelah membayarnya. Perlu diingat game ini tidak memiliki fitur save manual sehingga segala keputusan yang kamu ambil akan tersimpan secara otomatis. Jadi kalau kamu salah beli barang, kamu hanya bisa meratapi kesalahan kamu.
Dragon Ball Xenoverse | Wide Screenshot (4)

 

Jawabnya Ada Di Ujung Langit

Dragon Ball Xenoverse | Side Screenshot (4)Selain kekurangan dari segi desain game, keluhan terbesar saya rasakan dari segi server. Dragon Ball Xenoverse merupakan game yang sangat mengedepankan fitur online, sayangnya hal ini tidak didukung dengan server yang mumpuni. Hal ini semakin diperkeruh dengan fakta bahwa game akan meminta kamu untuk terhubung ke server meskipun kamu bermain single player. Sebuah keputusan yang sangat aneh. Tidak jarang saya berusaha masuk ke lobi single player namun gagal, atau tiba-tiba terlempar ke menu utama begitu saya menyelesaikan misi hanya karena saya terputus dari server ketika memainkan game ini sendirian.
Masalah dalam server ini membuat Dragon Ball Xenoverse terasa seperti permainan menunggu, menunggu, dan menunggu. Baru mulai game saya harus menunggu agar terhubung ke server. Setelah terhubung ke server saya harus menunggu loading dari game, setelah masuk ke dalam game saya harus menunggu lagi kombinasi antara loading dan koneksi server. Rasanya bermain Dragon Ball Xenoverse membutuhkan kesabaran yang sama dengan menonton serial animasi klasik Dragon Ball yang memiliki tempo cerita yang amat sangat lambat.
Dragon Ball Xenoverse | Side Screenshot (5)Anehnya, game akan berjalan dengan sangat lancar seandainya saya mematikan koneksi internet di komputer saya sepenuhnya. Tanpa koneksi internet, saya tidak perlu melihat tulisan “Connecting to Dragon Ball Xenoverse” sama sekali dan saya tidak perlu khawatir harus terlempar ke menu utama ketika tengah bermain. Membuat saya bingung untuk apa Bandai Namco menerapkan kewajiban terhubung internet kalau memang fitur ini bukanlah fitur wajib dan malah bisa menyusahkan pemain.
Dragon Ball Xenoverse juga memiliki fitur multiplayer, baik online maupun lokal. Fitur multiplayer lokal bisa kamu mainkan bersama-sama dengan teman kamu menggunakan komputer atau console yang sama. Karena memang bagian pertarungan di game ini sangatlah seru, tentu saja melakukan pertarungan bersama-sama dengan teman juga akan memberikan kamu dan teman-temanmu pengalaman yang seru dan ramai.
Sayangnya hal yang sama tidak saya rasakan di bagian multiplayer online. Berkeliling Toki Toki City yang dipenuhi oleh pemain lain yang melakukan hal-hal yang tidak kalah bodohnya dengan apa yang karakter saya lakukan bisa dibilang cukup menarik. Apalagi melihat berbagai penampilan keren karakter-karakter tersebut serta nama-nama konyol yang mereka miliki. Sayangnya ketika saya mencoba bergabung dalam permainan online, tidak ada pertarungan untuk saya lakukan. Bahkan ketika saya membuat sesi permainan pun tidak ada pemain yang bergabung sama sekali. Membuat aktivitas menunggu menjadi lebih lama lagi dari sebelumnya.
Dragon Ball Xenoverse | Wide Screenshot (5)
L-l-lebih dari 9000 … oh tidak ternyata

Kesimpulan

Dragon Ball Xenoverse | Side Screenshot (6)Secara keseluruhan Dragon Ball Xenoverse adalah sebuah game fighting yang sangat berkualitas dan merupakan hiburan wajib bagi penggemar Dragon Ball. Sayangnya kualitas gameplay yang baik ini dirusak oleh berbagai masalah yang berhubungan dengan server serta sedikit masalah minor di bagian desain game.
Saya akan menyarankan game ini untuk penggemar game fighting, penggemar Dragon Ball, atau kepada siapapun yang di tempat tinggalnya ada lebih dari satu orang yang bermain game. Game ini sangat seru dimainkan sendiri, tapi lebih seru lagi ketika dimainkan bersama-sama. Asal pastikan saja kamu punya koneksi internet yang oke, atau kalau tidak putus sekalian koneksi internetmu sebelum mulai bermain Dragon Ball Xenoverse. Oh iya, game ini juga merupakan satu dari sedikit game modern yang masih bisa mendeteksi gamepad Logitech jadul saya lo, senangnya.

Minimum Requirements

CPU: Intel Core 2 Duo 2.4Ghz / AMD Athlon 64 X2 5200+, 2.6GHz
CPU Speed: Info
RAM: 1 GB
OS: Windows Vista (x64) / Windows 7 (x64)
Video Card: 512 MB Nvidia GeForce 8800 / ATI Radeon HD 3870
Free Disk Space: 10 GB

Recommended Requirements

CPU: Intel Core i3-530, 2.93 GHz / AMD Phenom II X4 940, 3.0GHz
CPU Speed: Info
RAM: 4 GB
OS: Windows Vista (x64) / Windows 7 (x64) / Windows 8 (x64)
Video Card: 1 GB Nvidia GeForce GTX 550 Ti / AMD Radeon HD 6790
Free Disk Space: 10 GB



Sleeping Dogs | Wei Shen Screenshot
Dua tahun yang lalu, Square Enix berperan sebagai publisher untuk sebuah game open-world dengan tema tentang kriminalitas di Hong Kong. Game yang berjudul Sleeping Dogs ini menarik perhatian banyak orang, karena meskipun tidak memiliki aktivitas sebanyak yang bisa dilakukan game dengan genre serupa seperti seri Grand Theft Auto, Sleeping Dogs menawarkan sebuah lingkungan dengan kebudayaan yang sangat menarik untuk diekspos, dan mereka menyampaikannya dengan detail untuk membayar luas daerah yang lebih sempit serta aktivitas yang lebih sedikit.
Kini, dua tahun setelah Sleeping Dogs dirilis, Square Enix merilis ulang game ini untuk PC (lagi), PS4, dan Xbox One dengan label Definitive Edition. Sleeping Dogs: Definitive Edition memiliki beberapa hal menarik dibandingkan dengan versi standarnya, oleh karena itu melalui review ini, saya akan membahas tentang game dasar Sleeping Dogs, serta apakah pantas kamu untuk membeli versi Definitive Edition seandainya sudah memainkan versi biasa.
Oh iya, karena Sleeping Dogs: Definitive Edition dirilis setahun setelah game bergenre sama yang sangat luar biasa dirilis, yaitu Grand Theft Auto V. Jangan heran kalau saya akan sering membandingkan apa yang ditawarkan Sleeping Dogs dengan apa yang ada di GTA V. Langsung saja kita masuk ke pembahasannya. Enjoy.
Sleeping Dogs | Screenshot

Infernal Affairs – Sebuah Konflik Dalam Organisasi

Sleeping Dogs | Wei ShenSleeping Dogs memiliki cerita yang cukup sering diusung kisah fiksi yang berlatar belakang di Hong Kong, yaitu tentang kriminalitas. Karakter utama di game ini, Wei Shen, adalah seorang anggota kepolisian yang mendapatkan tugas untuk menyamar menjadi anggota triad, sejenis organisasi kriminal Cina yang tersebar di Hong Kong, Macau, Taiwan, dan lain-lain. Bagi kamu penggemar film, mungkin cukup familier dengan plot yang terdengar seperti film The Departed arahan Martin Scorsese, atau film aslinya asal Hong Kong yaitu Infernal Affairs.
Sleeping Dogs | Screenshot
Meskipun terkesan standar, tapi plot yang dimiliki game ini sangatlah menarik. Setidaknya kamu akan sering disajikan dengan perasaan mendebarkan tentang apakah Wei Shen akan selamat dalam penyamarannya, atau malah kegiatan kriminal yang dia lakukan akan mendarah daging di dalam dirinya. Hal ini tentunya lebih menarik daripada memainkan kriminal biasa seperti apa yang biasa kita lakukan di seri GTA.
Satu hal yang sangat menarik dalam Sleeping Dogs adalah gambaran budaya serta bahasa yang ditampilkan. Mayoritas dialog di game ini dilakukan dalam bahasa Inggris, tapi dengan beberapa dialog yang dicampur dengan bahasa Kantonis (salah satu bahasa yang digunakan di Hong Kong). Hal ini memberikan kesan Hong Kong yang semakin kuat di dalam game, karena tidak mungkin juga kan daerah tersebut 100% menggunakan bahasa Inggris.

Sleeping Dogs | Screenshot

City of Damnation – Gambaran Sebuah Kota

Pesona utama dari Sleeping Dogs bisa dibilang adalah kota Hong Kong yang digambarkan dengan begitu detail. Kita sudah cukup sering disajikan dengan sebuah setting open-world di daerah Amerika, Eropa, atau bahkan daerah fantasi, makanya melihat sebuah kota yang kehidupan mewah dan kumuhnya bisa muncul dengan begitu dekat merupakan pesona tersendiri yang tidak dapat kamu temukan di banyak game lain. Lagi pula. tidak semua game akan mengizinkan kamu berkeliling kota dengan menggunakan motor bebek curian bukan.
Hal menarik juga akan kamu temukan saat berjalan-jalan di daerah pasar. Jika dalam game seperti GTA kamu akan disajikan dengan pilihan untuk membeli pakaian di toko mahal, maka Sleeping Dogs akan menyajikan kamu pilihan untuk berbelanja baju di pasar layaknya daerah Tanah Abang. Teriakan-teriakan tawaran dari penjual DVD bajakan, tukang daging, sampai dengan penjaga toko baju dengan desain asal-asalan akan kamu temukan di sini. Sebagai orang Asia, tentunya hal ini sangat berkesan untuk kita, karena sebelumnya jarang sekali game menggambarkan daerah seperti ini dengan kemiripan yang begitu besar.
Sleeping Dogs | Screenshot
Meskipun begitu, pesona dan kedetailan ini harus digantikan dengan luas daerah yang tidak terlalu besar. Menurut saya pribadi sebenarnya luas daerah di Sleeping Dogs sudah cukup bagus, tapi kalau dibandingkan dengan game seperti Grand Theft Auto V, well kamu jelas berharap terlalu banyak.
Sebagai sebuah game, Sleeping Dogs jelas menawarkan sebuah pengalaman wisata virtual ke daerah yang sering kita jumpai di dunia nyata, namun nyaris tidak pernah terekspos video game, dan hal ini sangatlah menyenangkan untuk dilakukan.

Sleeping Dogs | Screenshot



The Raid – Pertarungan

Sleeping Dogs | Fight Side Screenshot (1)Sleeping Dogs | Fight Side Screenshot (2)Selain lingkungan yang betul-betul berbeda dibandingkan dengan game bergenre serupa, satu hal yang menurut saya sangat spesial dari game ini adalah bagian pertarungan. Jika dalam game dengan genre dan tema serupa kamu hanya akan disajikan dengan aksi baku tembak saja, maka Sleeping Dogs betul-betul menyajikan aksi pertarungan keren layaknya film kungfu.
Sleeping Dogs | Fight Screenshot 1
Di sini, kamu bisa menghabisi musuh dengan tangan kosong atau menggunakan bantuan lingkungan. Kontrol khusus untuk pertarungan sendiri didesain dengan begitu bagus sampai-sampai terkadang saya berpikir bahwa game ini adalah game fighting atau beat ’em up. Gerakan-gerakan yang bisa Wei lakukan ada mulai dari pukulan atau tendangan biasa, grapple atau kuncian, serta counter attack. Selain itu kamu juga bisa membangun combo yang dapat dipelajari di tempat latihan kungfu.
Tentu saja sebagai game open-world bertemakan kriminalitas, Sleeping Dogs juga memiliki perserutuan dengan senjata api layaknya game lain. Tapi kalau melihat serunya pertarungan tangan kosong di game ini, sepertinya aksi baku tembak menjadi hal yang tidak spesial lagi.
Sleeping Dogs | Fight Screenshot 3
Sleeping Dogs | Screenshot

The Departed – Dari Teknologi Tua, Ke Standar Modern

Hal yang satu ini mungkin yang jadi pertanyaan banyak gamer yang sudah pernah memainkan Sleeping Dogs dan ragu apakah mereka perlu mengulang game ini ini lagi. Sleeping Dogs mengikuti tren yang dilakukan oleh Square Enix dengan Tomb Raider yang memiliki Definitive Edition, kini Sleeping Dogs juga dirilis ulang dengan judul Sleeping Dogs: Definitive Edition untuk PS4, Xbox One, dan juga termasuk untuk PC.
Jujur saja sebagai seorang gamer yang tidak terlalu memperhatikan kualitas visual, saya tidak merasa ada banyak perbedaan dari Sleeping Dogs biasa dan Definitive Edition yang ada di PC. Hal yang paling mudah terlihat mungkin hanya pada bagian lebih banyak kabut dan efek-efek pemanis di versi baru ini, tapi selain itu kamu juga bisa mendapatkan grafis yang bagus dengan Sleeping Dogs versi lama di PC.
Sleeping Dogs | Old Comparison
Sleeping Dogs versi biasa
Sleeping Dogs | New Comparison.jpg
Sleeping Dogs: Definitive Edition, terihat perbedaan jelas?
Sayangnya PC bukanlah pembanding yang tepat untuk kedua versi ini. Meskipun tidak merasakan langsung, saya mendengar banyak laporan mengenai jauhnya perbedaan yang dimiliki versi PS3 dengan PS4, atau versi Xbox 360 dengan Xbox One.
Tapi di luar kualitas visual, perbedaan paling besar yang bisa kamu temukan di sini adalah konten yang ditawarkan. Sleeping Dogs: Definitive Edition dijual beserta seluruh DLC yang pernah dirilis untuk Sleeping Dogs. Jadi kalau kamu sebelumnya belum pernah bermain Sleeping Dogs sama sekali, Definitive Edition merupakan versi yang saya sarankan untuk kamu ambil, tapi kalau kamu sudah pernah atau sudah punya game ini, tidak akan ada banyak perbedaan signifikan yang bisa kamu temukan.

Sleeping Dogs | Screenshot 9

Sebagai sebuah game, Sleeping Dogs jelas menawarkan sebuah pengalaman wisata virtual ke daerah yang sering kita jumpai di dunia nyata, namun nyaris tidak pernah terekspos video game, dan hal ini sangatlah menyenangkan untuk dilakukan.

The Verdict

Sebagai sebuah game open-world, Sleeping Dogs betul-betul menawarkan banyak sekali hal baru dan menarik yang tidak akan dapat kamu temukan di game serupa lainnya. Mulai dari cerita yang sangat menarik, gameplay yang seru, serta lingkungan yang sangat menyenangkan untuk dijelajahi. Jika kamu butuh sebuah game open-world tapi bosan dengan lingkungan yang itu-itu saja, Sleeping Dogs jelas sangat wajib untuk kamu mainkan.

Minimum Requirements

CPU: Core 2 Duo 2.4 GHz or Althon X2 2.7 GHz
CPU Speed: Info
RAM: 2 GB
OS: Windows Vista Service Pack 2
Video Card: DirectX 10 or 11 compatible Nvidia or AMD ATI card, ATI Radeon 3870 or higher, Nvidia GeForce 8800 GT or higher
Sound Card: Yes
Free Disk Space: 15 GB

Recommended Requirements

CPU: Quad-core Intel or AMD CPU
CPU Speed: Info
RAM: 4 GB
OS: Windows 7
Video Card: DirectX 11 Nvidia or AMD ATI card, Nvidia GeForce GTX 560 or ATI Radeon 6950
Sound Card: Yes
Free Disk Space: 15 GB




Akhirnya setelah sekian lama menunggu dan sempat tertunda beberapa bulan, game buatan anak bangsa ini muncul secara resmi di website Steam. DreadOut, sebuah game horor yang terinspirasi dari game horor klasik seperti Fatal Frame ini dibuat oleh studio lokal asal Bandung yaitu Digital Happiness. Melihat kondisi game horor zaman sekarang yang tidak lagi memiliki getaran-getaran layaknya game horor tahun 90an, apakah game indie yang didukung oleh website crowdsourcing Indiegogo ini bisa menggebrak dunia video game horor lewat gameplay dan atmosfer yang ditawarkan?
Sebelum peluncuran resminya besok, kami akan memberikan memberikan ulasan game ini sebagai bahan referensi Anda.

Jangan Takut

DreadOut bercerita tentang sekelompok pelajar yang terpaksa masuk ke sebuah kampung yang terbengkalai ketika mereka sedang melakukan karyawisata. Anda akan bermain sebagai Linda, seorang siswi SMA yang merupakan salah satu dari kelompok pelajar tersebut. Dalam kampung tersebut, Linda dan kawan-kawan terperangkap dalam sebuah sekolah yang berhantu dan mereka terpisah satu sama yang lain. Linda yang dibekali telepon genggamnya kini harus berusaha mencari teman-temannya dan juga mencari jalan untuk keluar dari tempat terkutuk itu.
Melalui sinopsis tersebut, nampaknya cerita dalam DreadOut terdengar agak klise layaknya cerita dalam sebuah film horor pada umumnya, tapi bukan dari nilai tersebut DreadOut menunjukkan kebolehannya.
Review-DreadOut-Screenshot-1
DreadOut mungkin salah satu game yang bisa menunjukkan atmosfer mencekam secara baik. Dari awal permainan saja Anda sudah disuguhi lantunan ‘Lengser Wengi’ yang dijamin bisa membuat bulu kuduk berdiri. Untuk orang luar negeri, mungkin lagu tersebut hanyalah sebuah pembuka biasa, namun bagi kita yang merupakan orang Indonesia, lagu tersebut memberikan dampak yang berbeda karena kita mengenalnya bukan? DreadOut nampaknya lebih fokus untuk memberikan pengalaman budaya lokal dan saya rasa hal itu sangatlah tepat mengingat budaya Indonesia memiliki potensi untuk diolah dan menjadikan sebuah karya memiliki nilai eksotis.
Inti dari sebuah suasana yang mengerikan dalam media visual adalah adanya keterbatasan yang membuat kita mengira-ngira ada sesuatu yang tidak diketahui di hadapan kita. Saya rasa DreadOut melakukan kerja yang sangat baik dalam bagian itu. Mulai dari jarak pandang yang pendek serta tingkat pencahayaan yang benar-benar gelap secara tidak langsung membuatmu membayangkan bahwa ada ‘sesuatu’ yang menunggu di balik kegelapan itu. Hal ini pernah digunakan pada beberapa macam game horor seperti Silent Hill dan hasilnya juga sama seramnya.
Review-DreadOut-Screenshot-6
Tidak hanya itu saja, desain level yang ada dalam DreadOut juga dibuat cukup mencekam lewat penataan objek-objek yang ada. Dalam game ini, Anda terkurung dalam sebuah sekolah, dan biar saya perjelas bahwa gedung sekolah adalah salah satu tempat terbaik untuk dijadikan sebuah setting film atau game horor. Sebagai contoh, DreadOut menggunakan objek kursi dan meja dalam kelas untuk membentuk sebuah formasi meja-kursi yang terlihat menyeramkan. Kemudian, adanya objek-objek mencolok yang seharusnya tidak ada dalam sebuah sekolah, coretan di dinding serta banyak objek rusak yang termakan waktu sangat menambah nuansa seram dalam game ini.
DreadOut nampak jelas menggunakan konten lokal sebagai daya tarik utama. Selain untuk keperluan inti gameplay, ada pula hal-hal lain dari penggunaan materi lokal itu yang membuat kamu malah tersenyum sendiri. Contohnya di bagian poster-poster yang terpampang di dinding yang kebanyakan mengingatkan kita betapa noraknya iklan tempel yang ada di Indonesia. Selain itu ada juga penampakan dari hal-hal yang sering kita lihat di pinggir jalan sebelum masuk ke gedung sekolah seperti stand yang menjual CD lagu bajakan bahkan hingga bunga obitueri yang bertuliskan ‘Turut Berduka Cita (nama backer)’ juga ada. Sebelum Anda ketakutan sepertinya Anda akan tertawa sendiri dulu (dan itu pasti buat orang di sekitar Anda ketakutan).

Buka Matamu, Buka Telingamu

Review-DreadOut-Screenshot-3
Salah satu elemen dalam sebuah game horor adalah jumpscare, namun banyak di antara game horor yang ada malah memberikan jumpscare secara ‘murahan’. Contohnya seperti menggunakan efek suara yang keras secara tiba-tiba tapi kita tidak tahu apa yang sebenarnya sedang terjadi. Dalam DreadOut, hal tersebut tidak akan Anda temukan, melainkan DreadOut memberikan pengalaman jumpscare tersebut secara bertahap namun tetap mengagetkan. Saya tidak bisa memberikan contoh karena itu akan merusak pengalaman bermain, tapi kalau Anda coba sendiri, Anda pasti cukup mengerti apa yang saya maksudkan.
Ada juga satu aspek yang ingin saya ulas yaitu di bidang suara. Karakter dalam DreadOut menggunakan bahasa Inggris dalam percakapannya untuk sementara ini dan nantinya Digital Happiness akan memberikan patch untuk bahasa Indonesia. Tidak ada sesuatu yang istimewa di bagian ini namun begitu saya mendengar efek suara seperti ambience, saya cukup terkejut karena DreadOut juga bisa menghantarkan atmosfer mencekam hanya lewat suara. Saya acungkan jempol buat sound designer-nya karena suara yang dipilih sangatlah tepat dan mampu membuat saya merinding. Suara-suara tersebut bukan suara keras yang tiba-tiba muncul melainkan malah suara-suara samar yang justru bisa membuat Anda berkeringat dingin.
Meskipun memiliki impresi yang cukup baik, DreadOut masih mengalami beberapa masalah di berbagai bagian. Pada teksur objek 3D, masih ada ketidak seimbangan kualitas tekstur. Beberapa objek dalam game memiliki kualitas tekstur yang baik dan kebanyakan memiliki tekstur yang rendah. Selain tekstur, masih juga ada objek yang terkena clipping sehingga kadang terlihat menghilang dari pandangan. Untuk bagian modeling dan rigging dari karakter sendiri juga masih terlihat agak kasar dan begitu dianimasikan, deformasi dari bagian-bagian tubuh terlihat tidak alami.
Review-DreadOut-Screenshot-4
Untuk gameplay, sebenarnya game ini menganut cara bermain yang sederhana. Anda cukup mengambil foto dari hantu yang Anda temui untuk mengalahkannya dan semua foto yang Anda ambil bisa disimpan dalam galeri. Beberapa hantu memiliki cara tersendiri untuk dikalahkan dan itu menambah variasi dalam permainan. Sayangnya, game ini tidak memiliki in-game tutorial sehingga sebelum Anda memulai permainan ada baiknya membaca terlebih dahulu panduan yang ada. Cara ini cukup konvensional dan mengingatkan saya tentang manual untuk bergerak dalam game Resident Evil tempo dulu.
Satu hal yang cukup membuat saya frustasi memainkan DreadOut adalah tujuan yang tidak jelas. Tujuan dalam game ini diperlihatkan dalam bentuk potongan cerita sehingga saya sendiri sering bingung sebenarnya yang harus saya cari itu apa. Hal seperti ini sebenarnya sudah cukup lumrah di kalangan game pixel horor, namun karena DreadOut adalah sebuah game 3D, maka area yang harus dijelajahi menjadi lebih luas sehingga Anda malah kebingungan lebih dahulu sebelum bisa menemukan jalan keluar.

Putusan

Review-DreadOut-Screenshot-2
DreadOut adalah sebuah game horor yang memiliki gameplay klasik dan atmosfer yang benar-benar mencekam. Meskipun game ini masih memilki masalah di bidang teknis dan gameplay, DreadOut tetap wajib Anda mainkan terutama jika Anda penggemar game horor dan juga ingin mendukung developer Indonesia.
Oh, iya. Semenjak game ini dirilis secara episodik, Digital Happiness juga menjanjikan adanya Act 2 serta Free Roam Mode yang nantinya pasti akan kami bahas juga. Digital Happiness akan memberikan Act 2 secara gratis kepada para pemilik Act 1, sedangkan Free Roam Mode akan menjadi edisi berbayar.

Minimum Requirements

CPU: Intel Core 2 Duo E4600 or Athlon 64 X2 4800+
CPU Speed: Info
RAM: 2 GB
OS: Windows 7 (64-Bit)
Video Card: NVIDIA GeForce 8800GT or AMD Radeon HD 3830 or Intel HD Graphics 4000 with 512 MB VRAM
Sound Card: Yes
Free Disk Space: 5 GB

Recommended Requirements

CPU: Intel Core i5-2300 or AMD Phenom II X4 940 or better
CPU Speed: Info
RAM: 8 GB
OS: Windows 7 (64-Bit)
Video Card: NVIDIA GeForce GTX 550 or AMD Radeon HD 7750 with 1 GB VRAM or better
Sound Card: Yes
Free Disk Space: 10 GB



 
Review One Piece Pirate Warriors 3 | Luffy ImageOne Piece jelas merupakan salah satu judul manga paling terkenal di seluruh dunia selama belasan tahun belakang ini. Kepopulerannya juga membuat One Piece mendapatkan berbagai adaptasi entah dalam bentuk animasi maupun video game. Nah, untuk video game, One Piece telah diadaptasi ke berbagai genre, namun saya rasa seri One Piece: Pirate Warriors adalah salah satu adaptasi yang serius membawa semangat One Piece dalam gameplay yang dimilikinya seperti yang juga ada pada One Piece: Unlimited World Red.

One Piece: Pirate Warriors 3 merupakan iterasi ketiga dari seri Pirate Warriors, dan seperti seri Warriors pada umumnya, game ini mengusung gameplay satu lawan seribu dengan aksi cepat, lebay, dan memuaskan. Dari segi gameplay dan konsep, sepertinya One Piece: Pirate Warriors 3 terkesan tidak memiliki sesuatu yang benar-benar baru, tapi apakah memang benar demikian?
Review One Piece Pirate Warriors 3 | Screenshot

Pada Dasarnya, Sebuah Game One Piece

Review One Piece Pirate Warriors 3 | Screenshot8One Piece: Pirate Warriors 3 bisa dibilang memiliki format cerita yang sama seperti seri game Warriors yang digarap oleh Omega Force. Kamu akan menemukan kumpulan kisah-kisah One Piece yang diceritakan secara kronologis dalam bentuk level permainan.
Mulai dari arc Romance Dawn hingga arc Dressrosa akan kamu alami sendiri di sini dan masing-masing bab dirangkum dengan sangat singkat. Cocok untuk kamu yang belum pernah tahu cerita dalam seri One Piece maupun kamu yang ingin kembali momen-momen mengharukan dalam One Piece. Meski demikian, game ini menghadirkan ending orisinal sehingga sebaiknya kamu tidak perlu terlalu terpaku dengan akhir cerita yang disuguhkan.
Karakter yang tersedia untuk bisa kamu mainkan jelas tidak perlu ditanya lagi. Seluruh anggota Straw Hat Pirates bisa kamu gunakan. Seiring berlanjutnya cerita, karakter-karakter lain pun bisa kamu gunakan di luar Story Mode meskipun memang tidak semuanya bisa kamu akses.
Review One Piece Pirate Warriors 3 | Screenshot3

Bersihkan Layar dari Musuh yang Menghadang

Gameplay yang disediakan dalam One Piece: Pirate Warriors 3 seharusnya sudah bisa ditebak dengan mudah. Kamu akan menggunakan salah satu karakter yang tersedia dan maju menghadapi ribuan musuh yang menghadang untuk menyelesaikan sebuah tujuan. Secara keseluruhan memang mirip Dynasty Warriors atau Samurai Warriors, namun dengan beberapa perbedaan.
Review One Piece Pirate Warriors 3 | Screenshot9Jurus yang kamu luncurkan sudah pasti didasari dengan jurus-jurus yang bisa digunakan para karakter One Piece dalam seri manga. Luffy memiliki kekuatan manusia karet, Zoro menggunakan tiga pedang, Sanji memiliki tendangan mematikan, Chopper bisa berubah bentuk, dan kemampuan karakter lainnya yang sudah kamu kenal akan bisa kamu gunakan dalam game ini.
Yang menarik adalah kemampuan dari masing-masing karakter akan berubah seiring berjalannya cerita seperti yang pernah muncul dalam manga. Contohnya, Luffy nantinya bisa menggunakan Haki pada saat-saat tertentu.
Serangan dalam seri Warriors bisa dikerahkan dengan kombinasi tombol sederhana dan hal tersebut juga dipertahankan dalam One Piece: Pirate Warriors 3. Serangan yang menghasilkan daya rusak tinggi, jarak jangkauan yang luas, dan diadaptasi dari sumber secara baik mampu memberikan kepuasan saat kamu bisa mengalahkan ratusan musuh dalam satu layar.
Hal yang sama berlaku dengan jurus spesial (atau yang sering disebut Musou) unik yang bisa dikerahkan masing-masing karakter. Serangan spesial itu dijamin memberikan kepuasan yang tidak bisa diberikan game action biasa.
Review One Piece Pirate Warriors 3 | Screenshot4

Kizuna Rush – Tambahan Baru yang Mewarnai Permainan

Review One Piece Pirate Warriors 3 | Screenshot10Semuanya tidak sampai di situ saja. Ada fitur baru bernama Kizuna Rush yang akan membuat permainan menjadi lebih kacau (dalam artian baik). Dengan Kizuna Rush, kamu bisa “memanggil” teman satu faksi sementara untuk membantumu menyambung serangan. Rekan yang bisa kamu panggil juga beragam tergantung ada siapa saja dalam sebuah pertempuran. Sistem ini memberikan nilai lebih karena masing-masing Kizuna Rush dari setiap karakter memiliki efek yang berbeda.
Contohnya, Luffy bisa melontarkan musuh ke udara sehingga ada momentum untuk menyambung serangan lagi, Ussop bisa memberikan serangan membakar musuh, dan masih banyak variasi lainnya. Dengan Kizuna Rush, pertarungan menjadi sangat berwarna dan tidak terlalu monoton.
Ada juga yang disebut Kizuna Mode yang akan membuat kamu bisa melancarkan serangan yang lebih kuat dan mendapatkan bermacam-macam status buff. Serangan spesial ketika berada dalam Kizuna Mode juga akan berubah dengan artian kamu akan melakukan serangan spesial bersamaan dengan rekanmu pilihanmu.
Jumlah rekan yang bisa ikut menyumbangkan serangan secara bersamaan juga cukup banyak. Terakhir kali saya mencoba, saya bisa melakukan serangan spesial dalam Kizuna Mode bersama dengan empat orang lainnya sehingga serangan spesial tersebut bisa menyapu bersih seluruh musuh dalam satu layar dan hal itu sangatlah memuaskan.
Review One Piece Pirate Warriors 3 | Screenshot5

Pada Dasarnya Sebuah Game Warriors, dengan Sedikit Tambahan

Review One Piece Pirate Warriors 3 | Screenshot11One Piece: Pirate Warriors 3 juga memiliki beberapa elemen gameplay yang sering kali kamu temukan dalam semua seri Warriors. Mulai dari markas yang bisa diambil alih, misi sampingan dalam sebuah level, dan berbagai hal lainnya. Ada juga yang disebut Treasure Event yaitu sebuah misi dengan kondisi tertentu yang akan memberikan kamu imbalan tertentu. Ini bisa memberikan sebuah replay value bagi kamu yang suka mengumpulkan berbagai hal.
Walaupun One Piece: Pirate Warriors 3 memiliki banyak fitur baru, saya tidak bisa bilang sepenuhnya bahwa game tersebut terhindar dari penyakit repetisi yang muncul dari setiap seri Warriors. Gameplay action yang sangat lebay dalam game ini akan terasa repetitif ketika kamu memainkannya dalam waktu singkat sekalipun, bahkan mungkin terasa melelahkan. Durasi satu level dalam game ini juga terasa terlalu lama sehingga progres permainan kadang terasa terlalu lambat.
Tadi saya sempat menyebutkan bahwa One Piece: Pirate Warriors 3 berhasil membawa semangat seri One Piece ke dalam gameplay, bukan? Itu bisa dibuktikan lewat beberapa detail seperti percakapan yang dibuat menjadi format mirip manga atau detail kecil menyebalkan seperti ketika Sanji berhadapan dengan wanita yang membuatnya tidak bisa melakukan serangan sama sekali.
Review One Piece Pirate Warriors 3 | Screenshot6

Tampilan Layaknya Manga Berwarna

Tampilan visual One Piece: Pirate Warriors 3 bisa dibilang cukup menarik. Model 3D yang disajikan sangat mendekati sumbernya dan memiliki shading yang unik karena terlihat seperti tampilan dalam sebuah manga lengkap dengan goresan shading pena yang khas One Piece. Sayangnya, hal tersebut kurang terlihat dari lingkungan sekitar yang ditampilkan One Piece: Pirate Warriors 3. Terkadang dunia yang ada terlihat sangat datar meski masih dipenuhi warna-warni.
Optimisasi dalam One Piece: Pirate Warriors 3 sebenarnya termasuk cukup baik apabila dibandingkan dengan Dynasty Warriors 8: Xtreme Legends Complete Edition atau Samurai Warriors 4. Namun game ini masih memiliki sedikit masalah seperti frame rate yang masih terasa tidak stabil untuk beberapa bagian. Tapi hal ini masih bisa dimaklumi karena penurunan terjadi ketika musuh berada cukup banyak dalam satu layar atau ketika efek cuaca seperti hujan tengah berjalan.
Review One Piece Pirate Warriors 3 | Screenshot7

Kesimpulan

One Piece: Pirate Warriors 3 adalah sebuah seri Warriors yang berusaha sebaik mungkin mengadaptasi seri One Piece ke dalam sebuah game action yang memberikan kepuasan ketika kamu mengalahkan banyak musuh dalam sekali serang. Jika kamu merasa ingin memainkan sebuah game adaptasi manga yang seru, sederhana, dan menyenangkan, kamu tidak perlu ragu untuk memilih One Piece: Pirate Warriors 3.

Minimum Requirements

CPU: Core 2 Duo 2.4GHz
CPU Speed: Info
RAM: 512 MB
OS: Windows 7 / 8 / 8.1
Video Card: 512 MB Nvidia GeForce 8800 / ATI Radeon HD 3870
Sound Card: Yes
Free Disk Space: 20 GB

Recommended Requirements

CPU: Core i7 860
CPU Speed: Info
RAM: 1 GB
OS: Windows 7 / 8 / 8.1
Video Card: 1 GB Nvidia GeForce GTX 550Ti / AMD Radeon HD 6790
Sound Card: Yes
Free Disk Space: 20 GB


Next PostNewer Posts Previous PostOlder Posts Home